BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah.Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele.Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif.Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kalimat efektif?
2. Apa saja syarat-syarat kalimat efektif?
3. Apasaja unsur-unsur kalimat efektif?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian kalimat efektif
2. Untuk menjelaskan syarat-syarat kalimat efektif
3. Untuk menjelaskan unsur-unsur kalimat efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. kalimat yang efektif mampu membuat isi /maksud yang disampaikannya itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Disamping itu kalimat yang efektif slalu tetap berusah agar gagasan pokok slalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi, yang dimaksud dengan kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Namun selain syarat tersebut, dapat diperinci lagi atas kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme, dan penalaran.
2.2 Syarat-syarat Kalimat Efektif
1. Kesatuan gagasan
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kestauan gagsan, mengandung suatu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan, atau menggabungkan dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan sama sekali. Bila digabungkan atau disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran itu. Secara praktis sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh subyek, predikat, +- obyek , yang dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan.
Contoh berikut dapat menjekaskan kesatuan gagasan tersebut, baik kesatuan yang terpadu dan kesatuan tidak terpadu .
1. Kesatuan tunggal
Kita bisa merasakan dala kehidupan sehari-hari, betapa emosi itu seringkali merupakan tenaga pendorong yang amat kuat dalam tindak kehidupan kita.
2. Kesatuan gabungan
Dia telah meninggalkan rumahnya jam enam pagi, dan telah berangkat dengan pesawat satu jam yang lalu.
3. Kesatuan pilihan
Kamu boleh menyusul saya ke tempat itu, atau tinggal saja di sini.
4. Kesatuan yang mengandung pertentangan
Ayah bekerja di perusahaan pengangkutan itu, tetapi ia tidak senangdengan pekerjaan itu.
2. Koherensi yang baik dan kompak
Yang dimaksud denga koherensi yang baikdan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subyek dan predikat, hubungan antara predikat dan obyek,serta keterangan-keterangan lainyang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi.
Kesalahan-kesalahan atau kerusakan koherensi diantaranya:
1. Tempat kata dalam kalimat tidak sesuai deng pola kalimat.
Contoh :
BAIK : adik saya yang paling kecil memukul anjing di kebun kemarin pagi, dengan sekuat tenaganya.
TIDAK BAIK : adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing.
Anjing kemarin pagi di kebun adik saya memukul dengan sekuat tenaga.
Demikian pula pemisahan saya yang paling kecil dari kata adik juga akan merusak koherensi kelompok kata dalam kalimat.
2. Salah mempergunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
Contoh :Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang.
3. Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tindih, atau hakikatnya mengandung kontradikisi.
4. Penempatan keterangan aspek (sudah, telah, akan, belum, dsb.) pada kata kerja tanggap.
Contoh :
Saya sudah membaca buku itu hingga tamat (baik)
Sudah saya baca buku itu hingga tamat (baik)
Saya sudah baca buku itu hingga tamat (kurang baik, bahasa percakapan)
Buku itu saya sudah baca hingga tamat (salah)
Jadi : kata saya baca sebagai bentuk tanggap tidak boleh diselingi keterangan apapun, karena hubungan antara keduanya sangat mesra.
3. Penekanan
Inti pikiran yang terkandung dalam tiap kalimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Gagasan utama kalimat tetap didukung oleh subyek, dan predikat, sedangkan unsur yang dipentingkan dapat bergeser dari satu kata ke kata yang lain. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. Terdapat beberapa cara-cara yang dapat dipergunakan untuk memberi penekanan itu, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Cara-cara tersebut adalah :
a. Merubah-rubah posisi dalam kalimat
Sebagai prinsip dapat dikatakan bahwa semua kata yang ditempatkan pada awal kalimat adalah kata yang dipentingkan.Berdasarkan prinsip tersebut, untuk mencapai efek yang diinginkan sebuah kalimat dapat dirubah-rubah strukturnya dengan menempatkan sebuah kata yang dipentingkan pada awal kalimat.
Contoh :kami berharap pada kesempatan kali ini kami dapat membicarakan lagi soal ini.
Kalimat diatas menunjukkan bahwa kata yang dipentingkan adalah kami (berharap), bukan yang lain. Disamping kami kita dapat memberi penekanan pada kata-kata lainnya :harap, pada kesempatan lain, kita, soal ini.Kata-kata tersebut dapat ditempatkan pada awal kalimat, dengan konsekuensi bahwa kalimat diatas bisa mengalami perubahan strukturnya, asal isinya tidak berubah.
b. Mempergunakan repetisi
Repetisi adalag pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah kalimat.
Contoh :
Memang, dalam penglihatan saya, bahasa Indonesia merupakan suatu alat, yaitu alat untuk komunikasi. Dalam hubungan antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak, antara komandan adan anak buah, antara guru dan murid, antara pemerintah dan rakyat, antara sesama warga masyarakat, pastilah diperlukan bahasa sebagai alat komunikasi.
c. Pertentangan
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan. Kita bisa saja mengatakan secara langsung hal-hal berikut dengan konsekuensi bahwa tidak terdapat penekanan :
Contoh :
Anak itu rajin dan jujur.
Ia menghendaki perbaikan yang menyeluruh diperusahaan itu.
Agar kata rajin dan jujur serta menghendaki perbaikan yang menyeluruh dapat lebih ditonjolkan, maka kedua gagasan itu ditempatkan dalam suatu posisipertentangan, misalnya :
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Ia tidak menghendaki perbaikan yang bersifat tambal sulam, tetapi perbaikan yang menyeluruh di perusahaan itu.
d. Partikel penekanan
Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk menonjolkan sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel yang dimaksud adalah :lah, pun, kah, yang oleh tata bahasa disebut imbuhan.
Contoh :saudaralah yang harus bertanggungjawab dalam soal itu.
4. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi.Repetisi atau pengulangan sebuah kata untuk memperoleh efekpenekanan, lebih banyak menekankan kesaan bentuk. Pemakaian bentuk yang sama secara berlebihan akan menghambarkan selera pendengar atau pembaca. Sebab itu ada upaya lain yang bekerja berlawanan dengan repetisi yaitu variasi. Variasi tidak lain daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang.
Variasi dalam kalimat dapat diperoleh dengan beberapa macam cara, yaitu :
a. Variasi sinonim kata
Variasi berupa sinonim kata, atau penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada hakekatnya tidak bisa merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.
Contoh :
Dari renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh puisi.
Seribu puspa ditaman bunga seribu wangi menyegar cita .
Pengertian makna, realitas yang baru dan kebenaran merupakan hal yang sama diperoleh penyair dalam renungannya itu. Demikian pula puspa dan wangi sebenarnya menyatakan hal yang sama.
b. Variasi panjang pendek kalimat
Variasi dalam panjang pendeknya struktur kalimat akan mencerminkan dengan jelas pikiran pengarang, serta pilihan yang tepat dari struktur panjangnyan sebuah kalimat dapat memberi tekanan pada bagian-bagian yang diinginkan.
Contoh :
Saudara J.U. Nasution memberikan alasan untuk menolak sajak tersebut dengan mengutarakan bahwa puisi itu tidak mengikuti logika puisi, pada malam lebaran tidak ada bulan.Sebenarnya tak perlu kita bahwa logika puisi untuk menolak puisi tersebut.Penciptaan puisi memang bukanlah hanya dapat melambangkan banyak hal. Tetapi pernyataan itu juga harus intensif, yang dengan sendirinya dapat menimbulkan kesan kepada pembaca, dan kesan itu timbul bukan karena peneliti pernah mengalami hal yang sama atau mengetahui jiwa penyair atau situasi penyair waktu menciptakan sajak itu. Dari segi syarat-syarat tema juga sudah terang sajak itu bukanlah suatu puisi yang baik.Dia juga harus memberi sesuatu kepada manusiadan yang diberikan itu haruslah sesuatu yang berharga.
Bila kita perinci fragmen di atas maka kalimat pertama mengandung 23 kata. Sedangkan klaimat-kalimat selanjutnya berturut-turut terdiri dari : 11 kata, 9 kata, 37 kata, 15 kata, dan 16 kata. Ternyata fragmen ini tidak membosankan, karena cukup mengandung variasi.
c. Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Pemakaian bentuk gramatikal yang sama dalam beberapa kali berturut-turut juga dapat menimbulkan kesesuaian. Sebab itu haruslah dicari variasi pemakaian bentuk gramatikal, terutama dalam mempergunakan bentuk-bentuk kata kerja yang mengandung prefiks me- dan di-.
Perhatikan kutipan berikut :
Seorang ahli Inggris yang duduk dalam Team Penelitian dan Pengembangan Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia pernah mengemukakan bahwa didaerah-daerah yang luas tetapi tipis penduduknya serta kurang aktivitas ekonominya, seyogyanya pemerintah tidak membangun pelabuhan samudra.Namun pemerintah tidak memutuskan demikian.
Memang, cukup mengendorkan semangat kalau melihat keadaan di Nusa Tenggara (tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun pemerintah sudah membangun banyak fasilitas pengangkutan laut serta udara.
Kutipan di atas dapat dirasakan lain kalau dibuat variasi seperti di bawah ini :
Seorang ahli Inggris yang duduk dalam Team Penelitian dan Pengembangan Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia pernah mengemukakan bahwa didaerah-daerah yang luas tetapi tipis penduduknya serta kurang aktivitas ekonominya, seyogyanya tidak dibangun pelabuhan samudra. Namun pemerintah tidak memutuskan demikian.Memang cukup mengendorkan semangat kalau melihat keadaan di Nusa Tenggara (tidak termasuk Bali dan Lombok) yang tetap ‘tidur nyenyak’ meskipun fasilitas-fasilitas pengangkutan laut dan udara sudah banyak dibangun.
d. Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat
Variasi dengan mengubah posisi dalam kalimat sebenarnya mempunyai sangkut paut juga dengan penekanan dalam kalimat.
Bagaimana saudara membuat variasi kalimat berikut dengan memberi tekanan pada kata-kata yang terdapat dalam kurung :
Di bidang angkutan udara MNA mempergunakan pesawat Twin Otter yang harganya tiga kali lebih mahal dari dari harga kota, karena beberapa keunggulannya. (Pergunakan ; MNA; pesawat Twin Otter; harganya tiga kali lebih mahal; karena beberapa keunggulannya).
5. Paralelisme
Bila variasi struktur kalimat merupakan suatu alat yang baikuntuk menonjolkan gagasan sentral, maka paralelisme juga menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur / konstruksi gramatikal yang sama. Bila salah satu dari gagasan itu ditempatkan dalam struktur kata benda, maka kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang lain menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata kerja.
Paralelisme atau kesejajaran bentuk membantu memberi kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam kontruksi yang sama.
Perhatikanlah!
“Apabila pelaksanaan pembangunan lima tahun ini kita jadikan titik-tolak, maka menonjollah beberaa masalah pokok yang minta perhatian dan pemecahan.Reorganisasi administrasi departemen-departemen.Ini yang pertama. Masalah pokok yang lain yang menonjol ialah pemborosan dan penyelewengan. Ketiga karena masalah pembangunan ekonomi yang kita jadikan titik-tolak, maka kita ingin mengemukakan faktor lain. Yaitu bagaimana memobilisir potensi nasional sacara maksimal dalam partisipasi pembangunan ini” ( kompas )
6. Penalaran atau logika
Struktur gramatikal yang baik bukan merupakan tujuan dalam komunikasi , tetapi sekedar merupakan suatu alat untuk merangkaikan sebuh pikiran atau maksut dengan sejelas-jelasnya. Disamping itu dalam kehidupan sehari-hari kita mengalami kenyataan-kenyataan yang menunjukkan bahwa ada anggota masyarakat yang dapat mengunggkapkan pendapat dan isi pikirannya dengan teratur, tanpa mempelajari secara khusus struktur gramatikal suatu bahasa. Berarti ada unsur lain yang harus diperhitungkan dalam pemakaian suatu bahasa. Unsur lain ini adalah segi penalaran atau logika.
Yang dimaksut jalan pikiran adalah suatu proses berpikir yang berusaha untuk menghubung-hubungkan evidensi-evidensi menuju pada suatu kesimpulan yang masuk akal. “ Dia mengatakan pada saya bahwa ia telah lulus, tetapi anjing itu tidak mej mengikuti perintah pemburu itu “
a. Definisi ( batasan )
Definisi yang tepat merupakan ciri dari berpikir yang logis, dan demikian juga menjadi ciri-ciri menulis yang logis. Tiap pembaca ongin mengetahui bagaimana batasan arti dari suatu istilah sebelum ia melangkah lebih jauh untuk memahai maknanya. Tidak adanya kesepakatan mengetahui arti dari suatu hal, biasanya menimbulkan salah paham. Sebeb itu setiap istilah harus mengandung pengertian yang sama bagi siapapun. Beberapa macam definisi yang dikenal adalah :
(1) Definisi berupa sinonim kata
Definisi berupa sinonim kata adalah pembatasan pengertian sebuah kata dengan memberikan sinonim dengan kata yang akan dijelaskan. Misalnya kita membatasi pengeritan pendidikan dengan pengajaran.
(2) Definisi berdasarkan etimologi
Definisi berdasarkan etimologi adalah definisi lain dari definisi di atas yang berusaha membatasi pengertian sebuah kata dengan mengikuti jejak etimologi dan arti yang asli hingga arti yang sekarang. Misalnya :
Referendum berasal dari kata “refer” yang berarti mengembalikan.
(3) Definisi formal atau riil, atau juga disebut definisi logis
Logika merupakan dasar dari semua definisi yang tepat dan cermat.Definisi formal ( riil atau definisi logis ) adalah suatu cara untuk membatasi pengertian suatu istilah dengan membedakan genusnya dan mengadakan diferensiasinya.. dengan demikian bila kita menyebut kata definisi, maka yang pertama-tama dimaksutkan adalah pengertian definisi ini. Misalnya :
Gergaji adalah semacam alat pemotong
Bis adalah semacam alat pengangkutan darat beroda
Agar semua definisi formal itu baik maka harus diperhatikan syarat-syarat berikut :
(a) Kata yang didefinisikan dan bagian yang mendefinisikan harus bersifat pararel, yaitu kedua bagian definisi itu harus sama bobotnya. Hindari penggunaan kata-kata : di mana, bila, atau kalau dalam sebuah definisi
SALAH : rumah adalah di mana orang-orang tinggal
BENAR :brumah adalah tempat tinggal manusia
(b) Kata yang didefinisikan tidak boleh menjadi bagian dari yang mendefinisikan.
SALAH : cepat adalah berlakunya langkah yang lekas-lekas
BENAR : cepat adalah suatu gerak yang terjadi dalam suatu waktu yang singkat
(c) Yang didefinisikan harus sama nilainya dengan bagian yang mendefinisikan.
SALAH : hamba adalah seorang manusia. Sebagai pernyataan kalimat ini baik , tetapi sebagai definisi kalimat ini tidak baik karena nilainya tidak sama : hamba yidak sama pengertiannya dengan seorang manusia
BAIK : Hamba adalah manusia milik orang lain
(d) Bagian yang mendefinisikan tidak boleh bersifat negatif.
Misalnya : kursi adalah alat rumah tangga yang bukan meja.
(4) definisi luas
Banyak kata, terutama kata-kata abstrak seperti : propaganda, demokrasi, kebijakan, agama, kemerdekan, keadilan, dsb. sukar sekali dibatasi dengan mempergunakan satu kalimat. Kata-kata tersebut menghendaki lebih banyak keterangan dari pada apa yang diperlakukan oleh definisi formal.
Kita dapat membatasi pengertian demokrasi parlementer misalnya dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya politiknya berada di tangan rakyat dan oleh rakyat kepada wakil-wakil yang dipilihnya. Batasan ini merupakan suatu batasan yamg logis, tetapi demokrasi yang dimaksudkan tidak sama di mana-mana.
Sebab itu bila hendak menerangkan arti kata itu untuk umum, kita harus memberikan ilustrasi dengan membuat bandingan, bukan saja dengan sistem pemerintahan yang lain , tetapi juga dengan bentuk demokrasi yang lain seperti yang terdapat di negara-negara lain, atau dengan bentuk demokrasi pada waktu-waktu lampau. Perluasan yang demikian dari suatu definisi formal sebagai dasar, diaebut definisi luas.
2.3 Unsur-unsur Kalimat Efektif
Dilihat dari sudut struktur, kalimat terdiri dari unsur, yakni berupa kata.Unsur itulah yang bersama-sama dan menurut system tertentu membangun sistem itu.Jadi, kata dalam hal ini dilihat dari fungsinya dalam membangun sebuah struktur, suatu kesatuan bentuk dalam bahasa. Unsur-unsur yang dimaksud yakni :
1. Subyek
Subyek adalah unsure yang diperkatakan dalam sebuah kalimat.Kata-kata yang dicetak tebal pada contoh-contoh dibawah ini berfungsi sebagai subyek dalam kalimat yang bersangkutan.
Sukses yang kuperoleh di bidang lain, tidak lain karena nasib baik.
Tujuan dan Ambisi mereka berbeda jauh dengan getaran jiwaku.
Dalam sebuah kalimat, sering kali terdapat kata-kata yang berfungsi membuat subyek itu lebih jelas atau mempertegas kedudukannya. Kata-kata demikian disebut keterangan subyek. Misalnya kata-kata yang kuperoleh dalam kalimat Sukses yang kuperoleh tidak lain karena nasib baik. Juga kata itu dalam kalimat Pekerjaan itu tidak kusukai.
2. Predikat
Kata yang dalam sebuah kalimat berfungsi memberitahukan apa,mengapa,atau bagaimana subyek itu disebut predikat. Yang berfungsi selaku unsur predikat dalam contoh-contoh di bawah ini adalah kata-kata yang dicetak dengan huruf tebal.
Rasa jemu mengamuk jua dalam jiwaku.
Sungguh sukses yang kuperoleh lebih daripada cukup, kesenangan dan keselamatan terjamin.
Kata-kata mengamuk, cukup, dan terjamin merupakan unsur predikat dalam masing-masing kalimat di atas. Sebab, kata mengamuk menceritakan tentang “rasa jemu” .
Seperti halnya subyek, predikat juga sering didampingi oleh kata atau kelompok kata lain yang berfungsi sebagai keterangan predikat. Itu biasanya membuat predikat menjadi terang dan jelas.Misalnya kata lebih daripada dalam kelompok kata lebih daripada cukup.
3. Pelengkap
Sering kali predikat sebuah kalimat harus dilengkapi lagi dengan unsur lain, sehingga terjadilah suatu pernyataan yang yang lengkap. Misalnya :
Adik menulis surat.
Pemerintah membangun pusat kegiatan remaja.
Penduduk desa sedang merencanakan gotong royong serentak.
Bagian yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah unsur kalimat yang berfungsi sebagai pelengkap, dan terlihat pula bahwa di dalam sebuah kalimat, unsur pelengkap ini selalu berada di belakang predikat. Perhatikan contoh lain :
Aku tidak menyukai pekerjaan itu.
Aku memperoleh penghasilan yang besar darinya.
Kalau kata-kata yang dicetak tebal itu dilenyapkan, kalimat-kalimat itu tidak akan lengkap lagi.
4. Kata Perangkai
Unsur ini berfungsi merangkaikan dua unsure subyek, dua unsure predikat.Atau dua unsure pelengkap di dalam sebuah kalimat. Misalnya:
Tujuan dan ambisi mereka berbeda jauh dengan getaran jiwaku.
Kegemaranku ialah menulis dan melukis.
Aku bekerja sebagai penulis interviu dan artikel.
Unsur kalimat yang berfungsi sebagai kata perangkai ini sering diwakili oleh kata-kata dan, dengan, serta, beserta, bersama, dan kadang-kadang oleh kata juga.
5. Kata Penghubung
Ada kalanya unsur ini terdiri atas satu kata dan ada pula kat terdiri atas satu kelompok kata; berfungsi untuk menghunbungkan (jika perlu) dua buah informasi di dalam satu kalimat.Umpamanya :
Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku memperoleh penghasilan yang besar darinya.
Aku tidak puas, dan keadaanku jauh dari bahagia.
Aku tak dapat bertahan dengan keadaan itu, sebab semuanya itu terasa begitu menyiksa.
Penghasilanku cukup, sungguhpun demikian aku tetap merasakan suatu kekurangan di dalam jiwaku.
Dari contoh ini nampak jelas bahwa kata penghubung umumnya dijumpai dalam struktur kalimat luas.
6. Kata Modalitas
Unsur ini sering juga disebut “kata warna”, berfungsi untuk mengubah keseluruhan arti sebuah kalimat.Perhatikanlah kata-kata yang bercetak tebal berikut ini.
Aku sebetulnya seorang artis.
Pekerjaan itu memang tidak kusukai.
Sungguh, sukses yang kuperoleh lebih daripada cukup.
Aku sering menginginkan menjadi seorang penyelidik.
Dengan masuknya kata-kata sebetulnya, memang, sungguh, dan sering, maka pengertian kalimat-kalimat itu berubah secara keseluruhan.Dengan masuknya sebuah kata modalitas ke dalam sebuah kalimat, maka kalimat itu mungkin berubah menjadi sebuah pernyataan yang tegas, yang ragu-ragu, yang lembut, yang pasti, dan lain sebagainya. Umpanya kalimat Ayahnya seorang penjahat, akan menjadi sangat lain bila sudah dimasuki oleh sebuah kata modalitas:
Ayahnya memang seorang penjahat.
Ayahnya betul-betul seorang penjahat.
Ayahnya barangkali seorang penjahat.
Ayahnya kabarnya seorang penjahat.
Rasanya, ayahnya seorang penjahat.
Diduga, ayahnya seorang penjahat.
Jangan-jangan ayahnya seorang penjahat.
Tahu-tahu ayahnya seorang penjahat.
7. Frase
Bentuknya merupakan sebuah kelompok kata dan sering kali berfungsi sebagai keterangan predikat untuk keperluan-keperluan tertentu.Misalnya, untuk menyatakan keterangan waktu keterangan sebab, keterangan tempat, dan lain sebagainya.Contohnya :
Karena tak setuju, ia terpaksa mencari jalan lain.
Rapat akan dilanjutkan lagi sehabis makin siang.
Tak jauh dari sana, sekelompok petani tampak sedang mengolah sawah mereka.
Dalam Realita Kedua, masalah social budaya banyak mendapat perhatian pemerintah.
Semua kelompok kata yang dicetak tebal disini disebut Frase.
8. Klausa
Sama dengan frase, klausa juga berbentuk sebuah kelompok kata. Bedanya: klausa mempunyai unsur-unsur subyek dan predikat, frase tidak. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut:
Buku itu tak jadi saya beli karena harganya mahal.
Sementara hujan masih turun, pekerjaan terpaksa dihentikan.
Ia tampak tenang-tenang saja di saat-saat aku akan melepaskan tembakan-tembakan.
Dalam contoh ini, klausa ialah semua kelompok kata yang dicetak tebal.
9. Bentuk Absolut
Selain yang dikemukakan di atas, ada lagi sejenis unsur lain yang acap kali muncul di dalam sebuah kalimat. Unsur ini kita namakan bentuk absolut, sebab secara gramatikal tidak punya hubungan apa-apa dengan unsur-unsur yang lain di dalam sebuah kalimat. Contoh :
Tidak, orang tuanya bukan seorang penjahat.
Omong kosong, tanpa uang mana bias membangun.
Sayang, setujukah kau kita kawin setelah aku dibebaskan?
Kata-kata tidak, omong kosong, dan sayang itulah yang kita maksud dengan unsur bentuk absolut.
Akhirnya dapat dicatat bahwa dua diantara Sembilan unsur yang diuraikan di atas merupakan unsure wajib, yaitu subyek dan predikat. Sebuah kalimat sebagai kesatuan terkecil dari bahasa harus
memiliki kedua unsur itu. Unsur yang lain kadang-kadang ada, kadang-kadang tidak ada.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis, sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Selain itu, kalimat efektif bisa disebut juga kalimat yang memenuhi syarat atas kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme, dan penalaran.
Unsur-unsur kalimat efektif meliputi : Subyek, predikat, pelengkap, kata perangkai, kata penghubung, kata modalitas, frase, klausa dan bentuk absolute.
3.2 SARAN
§ Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan benar tentang bahasa Indonesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar terjadi komunikasi yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
§ Bagi calon pendidik
Bagi calon pendidik sebaikbnya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pendidik.
§ Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekolah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul. 1992. Kalimat Efektif. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Flores, NTT : Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi.Flores, NTT : Nusa Indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar